Kisah nyata yang dialami oleh seorang Wanita asal kediri yang
terlahir dari keluarga muslim dan lingkungan yang mayoritas sama dengan
yang ia anut saat itu. MediaHindu.com menobatkan “Hindu, Aku Kembali Padamu” sebagai kisah terbaik di tahun 2012 dan semoga kisah nyata Agustin Rike Yuani ini menginspirasi seluruh umat di dunia.
Hindu, Aku Kembali Padamu
Oleh : Agustin Rike Yuani (https://www.facebook.com/rike.yuani)
02 Maret 2012
00.10 WIB
Om Swastyastu
Masih terlintas ketidakpercayaanku akan keyakinan yang aku jalani
sekarang ini (hindu). Karena sejak kecil aku sama sekali tidak dibekali
ajaran leluhur (hindu) karena semua keluargaku beragama islam. 20 tahun
perjalanan hidupku menjadi seorang muslim (Agama pemberian orang tuaku).
Sampai memasuki umur 21 tahun akhirnya aku benar-benar mendapat suatu
petunjuk untuk meyakini bahwa hindu adalah jalan hidupku.
Sejak kecil diriku sudah dikenalkan dengan lingkungan yang mayoritas
muslim tepatnya di Desa Kandangan Kediri Jatim. Apalagi rumahku tepat
bedampingan dengan mushola. Daerahku juga dekat dengan area religius,
pondok pesantren aliran NU (Nadhatul Ulama). Jadi tanpa ada rasa janggal
ataupun aneh, karena aku sudah terbiasa dengan lingkungan tersebut.
Aku dibesarkan dari 3 bersaudara. Kakakku perempuan sedangkan adikku
laki-laki. Aku anak nomor 2 dari 3 bersaudara. Aku dan kakakku selisih 3
tahun sedangkan dengan adikku, aku selisih 4 tahun. Orang tuaku
menganggap aku adalah anak yang paling manja dari saudaraku yang lain.
Aku terbiasa hidup bersama kedua orang tuaku, memang sejak kecil aku
yang paling dapat perhatian lebih di banding saudaraku yang lain.
Mungkin bertepatan orang tuaku tidak terlalu sibuk dengan pekerjaannya.
Kakakku lebih dekat dengan nenekku, sedangkan adikku terbiasa dekat
dengan budhe ku. Jadi ke-2 saudaraku lebih bisa mandiri dibandingkan
aku. Aku begitu sangat dekat dengan orang tuaku. Mungkin dari situlah
kepribadianku sedikit demi sedikit terbentuk menjadi anak yang manja.
Serasa ingin diperhatikan dan sangat sensitif.
Saat usiaku beranjak umur 8 tahun aku dan saudaraku diajari orang
tuaku cara sholat yang baik itu seperti apa. Tapi aku termasuk anak yang
paling bandel sendiri diantara saudaraku. Kalau disuruh sholat dan
mengaji aku tidak pernah mau. Sampai-sampai dipanggilkan guru ngaji
jebolan dari pondok sekitar rumahku agar bisa membentuk keyakinanku.
Sebenarnya aku menginginkan orang tuaku yang mengajarkanku membentuk
keyakinanku. berhubung memang orang tuaku sangat sibuk dengan
pekerjaannya, maka dengan terpaksa aku mengikuti kemauan orang tuaku.
Setiap sore guruku mengajari sholat dan mengaji.
Aku menurut saja memang aku tak paham apa yang diajarkannya. Yang ku
bisa hanya mengikuti apa yang dikatakan guruku saja. Dalam hatiku malas
untuk melakukan kegiatan rutin itu sehari-hari , selain itu aku begitu
tak semangat karena yang mengajar orang lain bukan orang tuaku sendiri.
Kadang kalau disuruh mengaji aku selalu beralasan sakit, kalau mengingat
masa kecilku dulu jadi ingin ketawa.hehehehe. alasan yang tak
bermutu.hehehehe. Aku merasa belajar sholat dan mengaji setiap sore
sangat menyita waktu bermain bersama teman-temanku. Memang sejak kecil
ajaran tentang keislamanku sangat kurang. Sehingga aku tak paham apa
yang sudah diajarkan guruku saat itu.
Sudah 5 bulan aku mempelajari tentang ajaran¬¬ islam. Sampai memasuki
materi tentang takdir, surga, neraka dan pahala yang sebelumnya belum
ku ketahui di usia yang belum cukup umur untuk mengenal semua itu. Yang
aku rekam dalam pikiranku saat itu adalah Guruku menjelaskan akan
indahnya bisa hidup dialam surga. Apapun yang kita mau semuanya akan
terkabulkan, jadi kalau ingin masuk surga kita harus selalu menjalankan
perintah Allah dan menjauhi segala larangannya. Sedangkan neraka adalah
kebalikan dari surga, semua orang-orang yang tidak menjalankan perintah
Allah akan diberi siksaan sepanjang masa serta kebanyakan yang jadi
penghuni neraka adalah kaum perempuan dan semua orang-orang kafir
dimasukkan neraka. Sejak itu Aku mulai takut dengan semua yang
disampaikan guru ngajiku. Dengan polosnya aku berupaya menuruti apa yang
dikatakan guru ngajiku. Aku rajin sholat dan rajin mengaji, Padahal
sebelumnya aku sangat malas kalau disuruh sholat ataupun mengaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar