Aku harus menutup auratku, tak boleh ada satupun aurat yang terlihat.
Saat wudhu semua harus terhindar dari sisa-sisa bedak dan najis Sampai
aku berfikir sangat konyol “masak mau menghadap kepada Tuhan harus serba
tertutup dan tak kelihatan cantiknya karena merias wajah sedikitpun
nggak
boleh.heheheheehehehe ” padahal menurutku kalau mau menghadap
Tuhan kita harus menunjukkan anugrah yang diberikan Tuhan kepada kita,
seperti berias saat mau sembahyang kan pasti kelihatan segar dan cantik.
Masak kalau mau berias hanya untuk kekasihnya aja.hehehehehe. Itu
pemikiran yang konyol menurutku, tapi masuk akal juga sih.hehehehe.
Pada tanggal 02 Maret 2011 telah sampailah acara melasti tersebut,
dan aku mengikuti melasti di bendungan siman bersama poeper dan
keluarganya, aku senang bercampur sedikit merasakan keanehan karena baru
pertama kali itu juga aku mengikuti melasti dan sembahyang. Aku masih
ragu karena minder takut salah dalam bersembahyang. Apalagi cara duduk
sembahyang laki-laki dan perempuan itu beda. Kalau laki-laki hanya duduk
bersila (Padmasana) sedangkan perempuan duduk bersimpuh (Bajrasana).
Aku masih belum terbiasa duduk bersimpuh karena bersimpuh terlalu
lama membuat kakiku terasa sakit sekali, sehingga mengganggu
konsentrasiku dalam bersembahyang.
Tepat 4 Maret 2011 malam perayaan tawur agung pun berlangsung
didaerah tempat poeper. Aku masih belum yakin untuk mengikuti
persembahyangan di pura dekat rumah poeper, karena aku masih minder
untuk bersosialisasi dengan lingkungan umat hindu dan ingin lebih
memantapkan pilihanku ini. Aku tidak ikut persembahyangan, sebenarnya
ingin sekali mengikutinya tapi tertutup dengan keminderan dan
kebimbanganku aku memutuskan untuk tidak ikut.
Tapi aku mulai sangat menyesal, dalam hatiku aku merasa tersiksa
ketika melihat kekompakkan umat hindu itu, mereka bersemangat sekali
meskipun dalam keadaan cuaca yang hujan tapi semangatnya sangat luar
biasa, aku iri melihatnya. Aku ingin sekali merasakannya masuk
dilingkungan itu. Rasa keinginanku tak terbendung melihat semua itu aku
menangis tak tertahan, begitu menyiksa hatiku karena belum pernah
merasakan pergolakan batin yang seperti ini. Aku hanya bisa melihat, dan
merasakan penyesalan yang sangat dalam.
Aku berkata pada diriku sendiri, “aku terlalu bodoh, kenapa aku
mengikuti rasa egoku yang membuatku menyesal tak bisa mengikuti
arak-arakan itu”. Waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB , arak-arakan mulai
kembali didepan pura Giri Nata, saatnya untuk mengkremasi patung buta
kala yang sebelumnya diarak keliling desa. Aku mendekat dari karamaian
itu, aku didampingi poeper yang setelah mengikuti arak-arakan tersebut.
Tepat jam 22.00 WIB acara arak-arakan selesai, dan suasana tempat poeper
berubah menjadi hening sekali. Aku diantarkan pulang oleh poeper.
Keesokkan harinya 5 Maret 2011 tepat jam 06.00 WIB poeper mengirimkan
pesan singkat padaku “ Doakan Catur Brata ku berjalan lancar ya”. Aku
menjawab “iya, semoga semuanya berjalan lancar”, tapi pesanku tidak
terkirim karena memang hp nya sudah di off. Aku bertanya-tanya kembali,
ketika Catur Brata hal apa saja yang dilakukan, mengingat poeper juga
pernah bercerita kalau saat melaksanakan catur brata semua aktivitas
harus di hindari dan berpuasa 24 jam. Aku penasaran sekali, apa yang dia
kerjakan saat itu.
Aku berangan-angan seandainya aku bisa mengikutinya, apa yang aku
lakukan saat itu. Saat poeper menjalankan Catur Brata, aku berusaha
mempelajari buku-buku yang dipinjaminya. Mulai dari buku berjudul
“Apakah Saya Beragama Hindu” ,”Panca Sradha” lainnya tak bisa kusebutkan
satu per satu. Karena memang Ayah poeper seorang Guru agama Hindu, jadi
tidak heran kalau poeper memiliki banyak buku tentang agama hindu.
Pengetahuanku semakin luas tentang ajaran Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar