Sejak saat itu aku mulai merasakan pergolakan batin dengan kehidupan
yang aku jalani. mulai dari aku mengalami masalah keluarga yang tak
kunjung selesai, dan itu benar-benar sulit untuk aku terima sampai aku
sakit keras masuk rumah sakit selama 3 minggu. Sementara waktu aku ijin
tidak masuk sekolah
.
Aku ingin menenangkan pikiranku. Aku merasa sangat putus asa , aku
berfikir Allah memang tak menyayangiku, Allah tidak adil padaku. “
takdir apa yang direncanakan Allah untukku, sampai-sampai engkau begitu
mengujiku”. Sejak saat itu Aku sedikit ada penolakan jalan yang sudah
diberikan Allah padaku. Aku kembali mengingat apa yang dikatakan poeper,
karma akan selalu melekat dalam diri manusia, meskipun manusia tersebut
tidak mempercayai akan adanya hukum karma. Aku berfikir kembali
menggunakan logika ku, kalau memang Allah sudah menciptakan takdir
manusia berbeda-beda, tapi kenapa Allah masih seenaknya sendiri
menghakimi semua perbuatan manusia kelak dialam barzah??? Padahal sudah
jelas-jelas manusia diciptakan sesuai dengan takdir yang diberikan oleh
Allah.
Misalnya saja sejak dalam kandungan ada seseorang sudah ditakdirkan
oleh Allah sangat miskin, sedangkan orang lain mendapatkan takdir yang
sangat kaya raya. Si miskin binggung mencari nafkah untuk melangsungkan
kehidupannya sampai-sampai nekad mencuri, sebenarnya bukan salah si
miskin dia mencuri karena si miskin merasa memang ini sudah takdir Allah
sedangkan si kaya hidup serba bermewah-mewah dengan takdir yang
diberikan oleh Allah. Bukankah ini sangat tidak adil???? Aku semakin
ragu akan hakikat Tuhan dalam keislamanku. Mulai saat kejadian itu aku
jarang sholat. Aku mulai mempercayai akan adanya hukum karma
Apa yang dilakukan manusia kelak, itulah yang akan dipetik
dikehidupan masa yang akan datang. Tapi aku tetap bimbang dengan rasa
percayaku ini, tanpa mempercayai semua itu aku tetap menjalankan
aktifitasku seperti biasa tanpa beribadah. Aku merasa sangat nyaman
karena pikiranku tak terbebani oleh kewajiban untuk selalu beribadah,
biarlah aku dosa karena meninggalkan ibadahku sementara waktu. Aku ingin
menenangkan pikiranku. Karena bagiku semuanya serasa seperti mainan.
Pemikiran itu muncul secara tiba-tiba ketika perasaanku merasa sedih
dengan pergolakan batin ini.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat sedangkan UAN (Ujian Akhir
Nasional) akan berlangsung 1 bulan lagi. Hatiku terasa hampa ketika aku
kehilangan rasa spiritualku, aku mulai kebingungan, aku merasa perlu
perlindungan batin, perlu tempat mengadu. Aku merasa sudah melupakan
Allah dalam waktu lama. Akhirnya aku kembali memutuskan untuk mau
beribadah lagi, meskipun hati ini tak bisa menerimanya. Tapi berusaha
iklas semata-mata untuk kelulusan ujianku. Tepat UAN berlangsung di
bulan April, aku menyiapkan mental dan tenagaku untuk berusaha yang
terbaik agar mendapatkan hasil sesuai harapanku. 1 minggu berlalu ujian
nasionalku selesai, tinggal menunggu pengumuman 2 bulan lagi. Bagiku
waktunya begitu lama.
Kembali ke hubuganku dengan poeper. Tak terasa hubunganku dengan
poeper sudah berjalan 4 tahun. Sebelum pengumuman ujian nasional poeper
meminta izin orang tuaku untuk mengajakku bertunangan. Aku merasa sudah
siap untuk menjalani ikatan dengan poeper. Aku merasa poeper adalah
orang yang tepat untuk menemani hidupku. Orang tuaku menyetujuinya
mengingat hubunganku dengan poeper sudah berjalan lama, bagi orang tuaku
tidak etis kalau hubungan ku dibiarkan terlalu lama kalau antara 2
belah pihak belum ada ikatan.
Tapi dilain sisi aku bisa merasakan keterpaksaan orang tuaku menerima
poeper. Karena calon pasanganku kelak adalah non muslim. Harapan orang
tuaku kalau bisa aku harus bisa membawa poeper menjadi umat muslim.
Jujur aku sangat terbebani akan semua itu. Tapi aku berusaha sedikit
melupakan apa yang dikatakan orang tuaku. Tepatnya 20 mei 2008 poeper
mengajak orang tuanya untuk bertemu dengan orang tuaku. Hari itu aku
sangat senang bercampur sedih. Tapi semua itu tak mengurangi
kebahagiaanku dengan poeper.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar