Entah seiring berjalannya waktu aku mulai bisa berfikir akan arti
adanya Allah dalam kehidupanku. Memasuki SMP aku berusaha menjadi anak
yang taat dengan orang tuaku. Apapun yang di sampaikan orang tuaku aku
selalu menurut meskipun aku jarang bersama orang tuaku tapi setidaknya
komunikasi tetap terjalin. Aku berusaha menjadi anak yang baik untuk
semua orang.
Karena memang mulai awal SMP aku ikut suatu perkumpulan
pengajian rutin di daerahku. Jadi lingkunganku terbentuk menjadi
lingkungan para muslimah muda. Aku berusaha selalu ingin disegani oleh
semua orang dilingkunganku. Aku selalu taat sholat dan mengaji di
mushola samping rumahku. Aku berusaha membentuk keyakinanku tanpa
bimbingan dari orang tuaku. Aku sangat menikmati menjadi seorang gadis
muslimah, mempercayai semua yang diajarkan dalam keislamanku saat itu.
Memang yang aku lakukan itu semata-mata karena aku ingin membuktikan ke
orang lain meskipun aku jarang mendapatkan perhatian orang tuaku tapi
aku tetap bisa membentuk kepribadianku sendiri, selain itu aku juga
ingin menyenangkan hati orang tuaku karena aku sangat menyayangi kedua
orang tuaku.
Awal memasuki ajaran baru kelas 3 SMP aku dikenalkan dengan teman
sekolah kakak keponakanku yang selisih 2 tahun lebih tua denganku, dia
kelas 2 SMA sebut saja dia Poeper. Dia pemuda hindu yang tinggal tidak
jauh dari rumahku kurang lebih jarak 4 km. Awalnya aku belum tahu kalau
Poeper beragama hindu, aku kira dia seorang muslim. Sebelumnya aku tak
pernah sedekat ini dengan orang lain. Aku merasa menemukan teman
pengganti orang tuaku yang jauh dariku. Setelah berteman dengan poeper
aku merasa nyaman berteman dengan dia karena kepribadiannya sangat supel
dan baik padaku. pertemananku dengan poeper mulai sangat dekat sampai
akhirnya 22 agustus 2004 sama-sama memutuskan untuk berpacaran, meskipun
dia beragama hindu. Bagiku pacaran ini adalah masa-masa puberku, hanya
sekedar cinta monyet saja.
Saat berpacaran dengan poeper pertama kali yang menentang hubunganku
adalah orang tuaku. Karena alasan keyakinan yang tidak seiman. Tapi aku
berusaha memberikan pengertian kepada orang tuaku kalau hubunganku ini
adalah masa penjajakan. Aku hanya ingin belajar mengenal dunia orang
yang beda keyakinan. Awalnya orang tuaku tetap melarangku kalau tetap
berhubungan dengan poeper, sampai aku nekad backstreet(pacaran
diam-diam) hanya ingin lebih mengenal poeper lebih jauh. Berjalannya
waktu Orang tuaku berusaha memahamiku meskipun dalam hati kedua orang
tuaku sangat mengkhawatirkan keputusanku ini (takut aku terpengaruh oleh
poeper terutama dalam masalah keyakinan).
Hubunganku dengan poeper berjalan 1 tahun sampai aku memasuki bangku
SMA. Aku se SMA dengan poeper. Ketika itu aku masih kelas 1 dan dia
kelas 3. Masih masa-masa kasmarannya.hehehehe. aku masih berpegang teguh
dengan keyakinanku. Karena memang teman sekelasku boleh dikatakan alim.
Sehingga sedikit demi sedikit aku terpengaruh oleh temanku. Aku merasa
senang dengan lingkungan yang seperti itu, setidaknya bisa membantuku
untuk lebih menguatkan keimananku. Aku masih menjalankan kewajibanku
sebagai umat muslim. Aku sangat militan terhadap keislamanku. Meskipun
aku dekat dengan poeper yang berbeda agama tetapi dia sangat toleran
sekali dengan keislamanku. Setiap waktunya sholat dia selalu
mengingatkanku, tanpa ada sedikitpun rasa militan dari seorang poeper.
Dia bisa menghargai umat lain. Aku melihat poeper begitu flexibel, dia
mampu menerima ajaran dari agama manapun tanpa ada rasa fanatik. Yang
buat aku salut padanya , dia sangat berpegang teguh dengan kehinduannya.
Memang dia terlahir dilingkungan keluarga hindu militan yang memiliki
rasa toleran tinggi.
Aku sering bertukar pendapat dengan poeper masalah agama. Aku sangat
terheran-heran kenapa poeper sedikit banyak sudah memahami tentang
ajaran islam, sedangkan aku sama sekali tidak tahu menahu soal ajaran
hindu. Tanpa aku sadari tenyata poeper sudah lama memahami ajaran islam.
Hal yang aku tahu, setiap jam istirahat sekolah poeper selalu
menyempatkan waktunya di perpustakaan, buku yang dibaca adalah buku
tentang agama islam. Aku pernah bilang ke poeper, “ emang boleh ya,
orang hindu membaca buku agama islam”, poeper menjawab “tentu
saja,boleh. Tak ada yang melarang”. Aku semakin bersemangat sekali
menjalin hubungan dengan poeper karena aku kira dia mau belajar agama
islam dan mau berpindah agama demi aku. Sedangkan aku sendiri sudah
menutup pikiranku ”aku tidak boleh mempelajari buku agama lain karena
aku takut berdosa yang hanya boleh aku pelajari adalah tentang ajaranku
sendiri” (pikiranku yang masih terselimuti oleh doktrin), kalau bisa
poeper harus mau mengikuti jalanku. Tapi semua dugaanku salah, poeper
hanya ingin belajar perbandingan agama. Aku sedikit kecewa dengan cara
poeper, tapi semua itu tidak mengurangi kerenggangan hubunganku dengan
poeper.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar